EKSPLORASI TRICHODERMA BERSAMA PETANI
Puluhan petani berkumpul di saung tempat biasa melakukan pertemuan. Mereka terlihat sibuk melakukan aktivitas yang tidak biasa dilakukan seorang petani. Disampinya ada Beras yang baru saja di kukus, sepotong bambu, Spray lengkap dengan isi Alkohol, Para petani ternyata melakukan pemancingan jamur Trichoderma.
Jamur Trichoderma merupakan jamur yang memiliki sifat antagonis terhadap jamur yang mengganggu tumbuhan (patogen), selain memiliki sifat tersebut, jamur ini juga memiliki peran dalam mereduksi unsur hara yang tidak tersedia bagi tanaman menjadi tersedia.
Pada pertemuan kali ini tim dari Balai Perlindungan Tanaman Pertanian (BPTP) Provinsi NTB, akan melakukan bimbingan teknis bagaimana cara menemukan Agens Antagonis trichoderma yang spesifik lokasi di lingkungan sekitar. Kegiatan ini merupakan rangkaian program Pemberdayaan Petani dalam Pemasyarakatan PHT (P4) yang di alokasikan ke provinsi NTB melalui BPTP oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
Komitmen petani dan petugas pendamping dalam hal ini POPT (Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) bagaimana memanfaatkan sumberdaya alam sekitar sebagai bahan pengendali yang ramah lingkungan serta bahan penyedia unsur hara bagi tanaman. Disisi lain harga bahan pengendali yang kian meningkat harganya menjadi pemicu semangat para petani untuk baagaimana menghasilkan bahan pengendali. Tidak hanya itu, tingginya penggunaan bahan pengendali kimia sintetis juga sebagai alasan untuk mencari alternatif yang tidak hanya menguntungkan petani juga mampu menjaga lingkungan supaya tetap lestari.
Proses Eksplorasi Trichoderma
Sebelum melakukan kegiatan eksplorasi Jamur Trichoderma ini, tim BPTP NTB memberikan arahan. Arahan disampaikan oleh Safprada. Tricoderma akan kita cari atau ekplorasi di perakaran bambu, bambu merupakan tanaman yang kita ketahui memilki ketahanan baik terhadap cekaman kekeringan, gangguan penyakit dan lain sebagainya. Tentu melihat pertumbuhan tanaman bambu yang begitu cepat dampat kita simpulkan bahwa di daerah perakaran bambu terdapat banyak mikroba baik termasuk trichoderma.
Setelah pemaparan, petani kemudian menuju lokasi eksplorasi yang ada di dekat saung tempat pertemuan. Petani dengan penuh antusias mulai membuat lubang di sekitar perakaran bambu, kedalaman lubang 20-30 cm, sedangkan ukuran panjang dan lebar lubang menyesuaikan dari bambu yang dijadikan sebagai wadah tempat pemancingan jamur trichoderma.
Sebelum bambu di tanam, terlebih dahulu diisi dengan beras yang sudah di kukus. Beras yang dimasukkan kedalam bambu di sesuaikan, tidak telalu penuh. Setelah dirasa cukup, batang bambu tersebut kemudian ditanam. Ini merupakan lagkah pertama.
Langkah kedua untuk mencari cendawan trichoderma yaitu dengan memanfaatkan tanah perakaran bambu lengkap dengan akarnya. Beras yang sudah dikukus dimasukkan dalam kotak plastik segi empat, bisa juga menggunakan wadah yang lain. Setelah Beras dimasukkan kemudian tanah perakaran bambu dan akar ditempatkan di atas nasi tersebut. Kemudian di tutup tisu seblum tutup plastik menutupi media.
Lama menunggu hasil eksplorasi beragam, kadang bisa mencapai 7 hari dan bahkan 3 hari saja sudah muncul jamur trichoderma. Ciri jamur trichoderma yang tumbuh yaitu berwarna hijau tua, terkadang ada juga yang tumbuh warna hijau muda cerah. Untuk jamur yang tumbuh berwarna hijau cerah ini merupakan ciri fisiologis dari jamur Aspergillus.
Petani di Fasilitasi Lab Mini
Hasil eksplorasi sudah didapatkan, petani perlu mengidentifikasi secara morfologi di laboratorium yang dimiliki. Petani difasilitasi laboratorium mini. Peralatan yang dimiliki terbatas, tidak seperti laboraorium pada umumnya. Seperti yang dimiliki 13 Kelompok tani yang mendapatkan bantuan dari Ditlin Tanaman Pangan. Ada Microskop, Laminar flow, Autoclave, Frezzer box, Lemari pendingin atau showcas dan peralatan pendukung lainnya. Semua alat dan bahan dibeli sendiri dan disesuaikan dengan kebutuhan kelompok mereka.
Setelah mendaptkan cendawan, tim dari BPTP NTB kembali melakukan Bimtek. Mengajarkan bagaimana cara identifikasi. Mulai dari membuat media identifikasi pada kaca prefarat hingga mengoprasikan microskop.
Tidak hanya identifikasi, hasil yang sudah didapatkan akan diperbanyak lagi baik menggunakan media PDA (Potato Destruxe Agar) maupun menggunakan media beras/jagung.
***
Petani sudah menemukan Agens Pengendali Hayati (APH) spesifik lokasi. Ada trichoderma, Beauveria bassiana, Metarizium dan bahkan ada golongan dari Bakteri. Hasil perbanyakan tinggal di manfaatkan oleh kelompok tani dan tidak sedikit juga kelompok lain merasakan manfaatnya. [SR]