Kisah Perempuan Tangguh Sang Penerang Kampung
Di #usiacantik menurut sebagian orang harus tetap menjaga penampilan. Kalau menurut saya penampilan itu memang perlu tapi tampil untuk orang banyak juga sangat mulia. Menjaga penampilan tidak lantas mengurangi kepedulian kesasama. Seperti yang dibuktikan Ibu Agus. Ibu Agus merupakan perempuan hebat yang berasal dari Dusun yang terpencil di Desa Bayan, tepatnya di Kabupaten Lombok Utara.
Memilih sebagai seorang operator mesin disebuah pembangkit listerik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) memang membutuhkan kerja yang extra. Ini merupakan pekerjaan yang kerjakan oleh lelaki. Pertanyaannya adalah apa benar perempuan itu bisa???
Untuk menjawab pertanyaan kebanyakan orang, terutama kaum pria yang selalu menganggap remeh seorang perempuan. Awal mula cerita Ibu Agus sebagai oprator berawal dari pekerjaan suaminya yang ditugaskan oleh Desa menjadi operator.
Dengan gaji seadanya dari pembangkit listerik yang dikelola oleh kelompok masyarakat tidak lantas mengurungkan niat baiknya untuk membantu masyarakat. Berbagai macam cara dilakukan oleh keluarga pak Agus untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, penghasilan dari seorang petugas penjaga pembangkit listrik ini tidak mungkin bisa mencukupi kebutuhan keluarganya apalagi memenuhi kebutuhan 3 orang anaknya dan satu cucu dari anak pertama nya. Pak Agus mulai menyibukkan diri dengan usaha sampingannya selain menjadi seorang oprator.
Kadang beliau mencari nafkah hingga keluar daerah. Pak Agus hanya ingin menyeimbangkan antara peranan nya untuk masyarakat dan keluarganya berjalan selaras. Misi seperti ini memang agak sulit dijalankan. Tapi keluarga yang penuh keharmonisan ini tidak menjadikan dua misi besarnya terhenti atau bahkan harus mengorbankan salah satunya. Dari sinilah mulai muncul sosok perempuan tangguh yang penuh cinta, bukan hanya cinta ke sanak keluarga tapi, beliau menujukkan cintanya ke orang banyak.
Menjadi bagian terpenting untuk tetap ada bagi orang banyak sebuah anugrah terindah, seperti yang dilakukan Ibu Agus dalam kesehariannya. Hal ini dilakukan bukan keterpaksaan tapi ini merupakan sebuah panggilan jiwa. Setelah merasakan kondisi yang begitu sulit dimasa tidak ada penerangan.
Bayangkan jika Pak Agus sibuk. Tidak ada lagi yang bisa diandalkan untuk menggantikan peranannya atau tugas yang diemban dalam menjaga mesin pembangkit agar tetap menyala sepanjang hari. Sebagai seorang istri yang cinta sama suaminya Ibu Agus rela meluangkan waktunya demi suami dan masyarakat banyak.
Tugas baru yang diemban oleh Ibu Agus selain bertugas menghidupkan mesin, dia juga diajarkan oleh suami bagaimana cara merawat mesin. Mulai dari menganti pelumas hingga dalam hal bongkar-bongkar mesin kalau terjadi masalah. Persamasalahan yang sering dialami yaitu ada nya sumbatan sampah yang menganggu perputaran turbin. Namanya juga ini pembangkit yang digerakkan dengan bantuan tenaga air, pasti ada sampah-sampah yang ikut hanyut terbawa walapun sudah ada saringan, disitulah Ibu Agus mulai menunjukan keahlian yang sudah diajarkan oleh sang suami. Keringatan bercampur percikan pelumas mesin kadang menjadi hiasan di tangan dan wajahnya.
Tidak mudah memang mengerjakan pekerjaan seorang laki-laki, apalagi bagi perempuan yang sudah berkepala empat. Tapi apa boleh buat, jika Ibu Agus tidak ikut andil dalam hal ini, masayarakat akan mendapat penerangan darimana. Bisa dibayangkan suatu kampung tanpa penerangan. Bukan suasana seram yang kita takutkan tapi ketakutan Ibu Agus justru pada generasi anak bangsa yang lagi semangatnya menimba ilmu. Listrik memang kebutuhan pokok yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Hadirnya sosok Ibu Agus ini dapat membantu masyarakat agar listrik tetap menerangi kampung.
Turun naik tangga hingga ratusan anak tangga tidak menghalangi langkahnya. Menurut beliau kondisi saat ini lebih menguntungkan dari pada sebelum ada listrik. Dulu jika matahari sudah terbenam tidak ada aktivitas lagi. Tapi dengan adanya PLTMH ini aktivitas masyarakat mulai terlihat. Usaha kecil-kecilan terbentuk dengan sendirinya seperti usaha meubel. Anak-anak mulai rajin belajar dan mengaji bahkan masyarakat dengan mudahnya mendapat akses informasi dari media seperti televisi.
“Melihat masyarakat bahagia kenapa saya tidak berbuat. Jika masyarakat senang saya juga sangat senang” tutur Ibu Agus.
Sungguh mulia memang niat baik Ibu Agus. Bisa kita bayangkan seandainya posisi kita sebagai warga penduduk kampung yang ada di kampungnya Ibu Agus ini, apa yang kita rasakan???. Mungkin mulai jenuh, mulai bosan bahkan pikiran dan hati campur aduk.
Ternyata orang yang kesusahan atau hidup pada kondisi serba keterbatasan lebih survive. Banyak hal yang tercipta. Banyak ide yang keluar. Salah satunya ide untuk mendapatkan akses listrik dari aliran air yang mengalir dari hutan yang tetap dijaga oleh masyarakat.
Ibu Agus mengajarkan kita banyak hal. Dari cara mensyukuri nikmat Tuhan hingga bagimana cara berbagi. Berbagi bukan hanya menggunakan uang, benda atau apapun namanya yang berbentuk. Berbagi lewat pengorbanan waktu, dan tenaga itu lebih terasa.
Ibu yang dikenal sebagai perempuan yang tetap menjaga penampilannya ini bercerita ke saya sewaktu berkunjung ke rumahnya.
“Dulunya kalau ada yang melahirkan malam hari kami merasakan kesuliatan, mulai dari letak polindes atau bidan yang sangat jauh. Ditambah listrik untuk menerangi tidak ada. Mau tidak mau kita harus melintasi persawahan dengan membawa obor keliling hingga ke lokasi. Belum lagi kalau ada kematian. Ya bisa dibayangkan kami hidup tanpa listrik di zaman modern ini”.
Ibu Agus aktif sebagai operator tapi tidak mengurangi sedikitpun aura feminin nya. Siapa yang sangka di #usiacantiknya ini dia bisa melakukan pekerjaan seorang lelaki. Di usia 43 tahun ini terkadang kebanyakan perempuan tidak lagi sanggup dengan pekerjaan yang berat terlebih sebagai operator yang sejatinya merupakan pekerjaan seorang lelaki.
Masih banyak kisah yang harus saya tulis mengenai beliau yang seharusnya orang tau tentang perjuangan Ibu Agus yang tidak lupa jati dirinya sebagai seorang perempuan.
Sekali-kali boleh lah merasakan hidup di tempat-tempat yang saya ceritakan ini dijamin bakalan seru. Selain berlibur, bisa berinteraksi dengan masyarakat dan merasakan apa yang mereka rasakan.
Kisah seorang perempuan di #usia Cantiknya yang saya tulis dalam lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift. [BM]