Kotoran Ternak dan Peluang Usaha
Tanggal 04 November kemarin pernah saya Menulis cerita tentang jalan-jalan ke sebuah kampung yang diberi julukan kampung Green Energy. Kampung ini keren banget karena sudah mulai mandiri energi dengan memanfaatkan kotoran ternak menjadi sesuatu yang bermanfaat yaitu gas. Selain itu, kampung ini memanfaatkan ampas biogas nya menjadi sumber unsur hara bagi tanaman atau biasa disebut dengan bioslurry.
Saya mau berbagi tentang bioslurry. Bioslurry ini hasil dari fermentasi limbah yang dimasukkan ke reaktor biogas melalui proses tanpa bantuan oksigen, biasanya orang IPA menyebutnya (anaerob). Proses ini berlangsung secara alami di dalam tabung reaktor biogas.
Lokasi yang akan aku ceritakan bukan ditempat kemarin pas Tour Kampung, kali ini beda tempat, tapi masih diseputaran Lombok Utara. Lokasinya berada di dusun Lendang Galuh, Desa Sokong, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Masyarakat di dusun ini rata-rata peternak sapi. Hampir semua peternak memiliki reaktor biogas, tapi beda dengan kampung Green Energy yang 200% warganya memiliki reaktor.
Ampas biogas ini dimanfaatkan warga menjadi peluang usaha, apalagi pemerintah belakangan ini sudah mulai meneriakkan pertanian organik. Berangkat dari isu tersebut, warga di kampung menyambut baik inisiatif pemerintah yang sudah go organic. Selain menjaga lingkungan dari limbah yang dihasilkan oleh reaktor ini, bisa juga menambah penghasilan warga.
Awalnya masyarakat bingung limbah biogasnya mau dibuang kemana dan akhirnya ide itu mulai bermunculan untuk mengatasi persolaan yang dihadapai. Ide nya ada, yang jadi permasalahan adalah pengetahuan yang kurang.
Untuk mendapatkan ilmu pengolahan perlu ada bimbingan atau juga pelatihan. Dan akhirnya mereka dapat pelatihan dari Yayasan Rumah Energy yang konsen dalam hal pemanfaatan limbah menjadi sumber energi, atau biasa di sebut energi terbarukan.
Pelatihanan demi pelatihan mereka ikuti dan pada puncaknya terbentuklah usaha kecil-kecilan. Bioslurry sudah mulai dikemas rapi. Salah satu kelebihan dari bioslurry, tidak perlu difermentasikan lagi tinggal dikemas saja. Pupuk yang dihasilkan berupa pupuk bioslurry padat dan cair.
Ternyata Bioslurry ini selain sebagai penyubur tanah ternyata juga dimanfaatkan sebagai pakan alternatif untuk ikan. Mengenai pembahasan pelet ikan akan saya jelaskan khusus pada tulisan yang akan datang.
Inilah peluang usaha yang bersumber dari bahan lokal dengan nilai jual tinggi tanpa mengeluarkan modal banyak. Tinggal perintah si SAPI buat boker, terus kotorannya dimanfaatkan jadi barang yang bermanfaat.
Menurut beberapa refrensi yang saya baca ternyata bioslurry ini memiliki kandungan unsur hara baik makro maupun mikro. Datanya saya dapat dari laboraturium Ilmu Tanah, Universitas Mataram.
Pupuk yang dihasilkan oleh masyarakat di kampung ini sudah banyak yang beli. Kebanyakan ibu-ibu yang ada dikota. Orang-orang kota sudah mulai memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk dijadikan tempat menanam, mulai dari cabe, tomat, terong, sawi dan lain-lainnya. Bukan hanya untuk sayur mayur saja, ternyata pupuk bioslurry bisa diberikan ketanaman hias.
Tu kan… Siapa bilang kotoran hewan tidak bisa dimanfaatkan jadi peluang usaha. Ada info juga, di kabupaten Lombok Utara ada salah satu pondok pesantren memanfaatkan kotoran santrinya menjadi bahan baku biogas. kebayang tidak tiap pagi santrinya ngantri buat nyetor. Pemanfaatan kotoran santrinya hampir sama dengan warga kampung tersebut. Tidak mau kalah ampas atau limbah biogasnya (Bioslurry) dijadikan pupuk juga. Ternyata, pemanfaatn kotoran santri yang ada di pondok tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2009.
Begitu juga dengan ampas atau pupuk yang dihasilkan sudah lama diaplikasikan pada beberapa jenis tanaman. Tapi jangan dibayangin pas makan sayur yang dipupuk menggunakan ampas kotoran santri. Sama halnya dengan kotoran hewan, pasti melalui proses fermentasi terlebih dahulu. Dan pupuk yang dihasilkan tidak menimbulkan bau. Kalau masih berbau berarti pupuknya belum jadi. Semoga bermanfaat [SR]