Serba-serbiSosial

BERBAGI ILMU DENGAN MENDONASIKAN BUKU BACAAN

Hampir seluruh kabupaten di Pulau Lombok ini sudah saya kunjungi dalam rangka mengkampanyekan gerakan gemar membaca, mulai dari Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah, Kota Mataram hingga Lombok Utara. Saya mendapatkan sesuatu yang justeru berbanding terbalik dengan apa yang selalu diberitakan di media yang mengatakan bahwa warga NTB khususnya Lombok memiliki minat baca yang masih rendah dan bahkan menempati angka 9,8% (sumber: kicknews 2017). Angka yang sangat memperihatinkan. Akan tetapi, angka-angka tersebut justeru memunculkan kenyataan yang berseberangan. Faktanya, ketika saya melakukan kegiatan lapak baca (perpustakaan keliling) ke beberapa daerah baik daerah terpencil maupun kawasan wisata, saya bisa melihat jelas antusias masyarakat yang mengerumuni lapak baca tersebut sembari memilih buku bacaan yang akan mereka baca di tempat. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak yang dibimbing membaca oleh orang tuanya hingga mereka yang sudah cukup berumur pun tertarik untuk turut meramaikan lapak baca yang saya gelar tersebut.

Kegiatan semacam ini rutin dilakukan ketika hari libur tiba. Bermodalkan sepeda motor dan tas kampaser ratusan buku dibawa. Tidak hanya disatu titik, terkadang saya dan rekan-rekan relawan selalu berpindah pindah. Tujuannya adalah untuk melihat keaktifan masyarakat dalam mencari buku bacaan. Apakah benar mereka butuh dengan buku bacaan. Dan hal tersebut berhasil. Tidak sedikit dari mereka (pembaca/pengunjung) mengatakan, perpustakaan keliling semacam ini sangat membantu dalam menyuguhkan informasi.

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun demikian girangnya ketika lapak baca digelar. Mereka berlomba-lomba dalam melantunkan kata demi kata yang ada dalam buku yang ia pinjam. Dua hingga tiga buku dihatam. Dan bahkan ada dari mereka menunggu kehadiran saya dan relawan dengan cara datang lebih awal.

Pengalaman di atas ini menyatakan bahwa, minat baca masyarakat sebnarnya masih ada dan bahkan bisa terbilang tinggi. Hanya saja, fasilitas berupa ketersediaan buku bacaan yang diakses secara leluasa yang masih kurang. Walaupun menurut informasi bahwa NTB sendiri memiliki 900 perpustakaan yang tersebar diberbagai tempat  dan memiliki status yang beragam. Mulai dari perpustakaan umum, perpustakaan desa hingga perpustaakan yang sengaja didirikan oleh masyarakat.

Keberadaan dari perpustakaan ini tidak lantas menjawab apa yang menjadi polemik terkait minat baca. Masyarakat justru akan merasa tertarik minat bacanya ketika buku bacaan langsung diberikan, dalam arti diadakan ditiap lokasi terdekat dari mereka.

Berbeda halnya dengan buku bacaan yang ada di desa. Saya beranggapan bahwa buku bacaan yang disediakan desa, bisa di katakan jarang yang menyentuh. Ini dikarenakan lokasi yang kurang strategis dan ada pula dari mereka yang berangapan bahwa, buku yang ada di tiap kantor desa dalam mengaksesnya membutuhkan tekat yang kuat, disamping itu kantor desa merupakan tempat pelayanan publik yang mengurusi kebutuhan warga sehingga terkesan akses yang diberikan terbatas. Tidak mungkin anak kecil ketika jam kerja berdatangan untuk meminjam buku tentu akan menganggu kegiatan pelayanan publik. Inilah salah satu penyebab kenapa perpustakaan desa kerapkali masih kita lihat sebagai bentuk formalitas belaka dan bahkan buku yang tersedia tidak jarang kita lihat terselimuti debu tebal yang dihiasi sarang laba-laba.

Berangkat dari permasalahan tersebut, saya dan rekan relawan mencoba mencari celah untuk menarik minat baca masyarakat dengan cara mendirikan taman baca ditengah perkampungan. Buku yang disediakan dapat diakses secara gratis tanpa ada syarat apapun, cukup dengan menulis nama pada buku kunjungan dan buku pinjaman jikalau mereka minjam.

Melihat antusias masyarakat, terutama anak-anak dalam membaca, membuat saya mulai berpikir. Ini didasari dari buku yang disediakan oleh taman baca yang saya dirikan tidak begitu banyak, hanya  ratusan buku yang terdiri dari Novel, buku bacaan anak dan buku umum. Sangat disayangkan jika semangat yang sudah mulai menyala ini akan redup dan bahkan mati begitu saja, yang disebabkan oleh ketersediaan buku yang masih kurang. Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya ingin mengajak kepada kita semua untuk menjaga semangat tersebut dengan cara mendonasikan buku bacaan, baik itu buku bacaaan bekas (layak baca) maupun buku bacaan baru. Taman baca yang saya dirikan (Pondok Inspirasi) menerima sumbangan dalam bentuk buku bacaan saja.

Seperti yang diceritakan pada alenia di atas, bahwa taman baca pondok inspirasi membuka lapak-lapak baca ditiap sudut Lombok, ini artinya, setiap buku yang diberikan atau didonasikan  dapat membantu dalam rangka membagi ilmu pengetahuan. Seperti apa yang dikatakan kebanyakan orang bahwa buku adalah jendela dunia. Lewat donasi buku yang diberikan berarti membukakan mereka jendela sehingga lebih luas mengenal dunia ini.

Di lokasi taman baca sendiri berbagai upaya dilakukan guna menarik minat baca, mulai dari membuka kelas-kelas belajar seperti belajar Bahasa inggris dan kelas kreasi. Dalam kelas ini anak-anak diminta untuk aktif dalam kegiatan membaca, menulis dan mengembangkan ide kreatifnya.

Bermain

Selain kelas belajar ditaman baca ini juga anak-anak di fasilitasi ruang bermain. Permainan yang disuguhkan tidak semodern seperti permainan jaman sekarang, yang ada hanya permainan tradisional yang membutuhkan kerjasama. Dimana anak-anak dilatih untuk berintraksi dengan sesama, sehingga akan terbangun jiwa sosialnya.

Jenis buku yang dikumpulkan oleh Taman Baca Pondok Inspirasi antara lain Buku Anak-anak (dongeng, komik, buku pelajaran sekolah atau umum), Novel, Cerpen Buku Pengetahuan atau bacaan umum, selama buku-buku tersebut masih dalam konteks mendidik. Silahkan kami menunggu partisifasi dari teman-teman semua. Apakah setega itukah kita akan menutup jendela pengetahuan mereka lantaran kurangnya akses buku bacaan yang ada, atau sebaliknya. Saya juga menyadari ketersediaan kartu, baik kartu kuning maupun merah tidak menjawab kegelisahan ini, hanya tindakan dan tindakan yang dirindui sehingga jendela itu pelan-pelan terbuka lebar. [SR]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *