Kado Ulang Tahun NTB ke 58 Dari Wilayah Selatan Lombok Timur
Tidak ada kata terlambat mengucapakan selamat hari jadi yang ke 58 untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hari jadinya yang jatuh pada tanggal 17 Desember 2016 ini memantapkan NTB untuk terus bangkit disemua sektor.
Peringatan HUT ke-58 tahun ini, ada tema yang kren menghiasi hari jadi NTB yaitu “NTB Gemilang, Ikhtiar Tiada Henti”. Menurut media yang memberitakan penyelenggaraan HUT NTB menginformasikan apa yang disampaikan bapak kita TGH. M. Zainul Majdi selaku pemimpin NTB. Beliau menyampaikan beberapa capaian diantaranya mampu mensuplai kebetuhan beras nasioanal, meningkatnya kunjungan wisatawan ke NTB, dan dapat gelar baru setelah tahun 2015 mendapatkan penghargaan dalam wisata halal dan pada pada tahun 2016 kembali meraih penghargaan. Ini merupakan suatu kebanggan bagi kita masyarakat NTB.
Dalam pidatonya mengatakan bahwa “seluruh capaian ini insyaAllah berdampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat NTB”, ini yang saya pegang dan saya catat dalam buku harian saya. Di hari ulang tahun NTB ini saya ingin mengenalkan beberapa hal yang mungkin menambah nilai atau predikat dari kemajuan NTB.
[Pertama] Pendidikan di ujung Selatan Lombok
Saya yakin semua orang pasti tau lokasi ini,bukan hanya orang NTB saja seluruh penjuru Indonesia pasti kenal. Sudah sering diberitakan di berbagai media karena keindahannya yaitu panti Pink.
Di balik keindahannya tersimpan kepedihan yang mendalam, anak-anak disekitaran surga nya para traveler ini mengenyam pendidikan seala kadarnya. Sekolah yang iya miliki bertolak belakang dengan desas-desus pembangunan. Tidak jarang dari bapak-bapak pejabat berbicara atas nama peningkatan knowledge bagi warga. Bagaimana mau membangun sumber daya manusia (SDM) jika fasilitas tidak memadai.
Saya yakin di daerah ini bukan daerah pemberontak, bukan juga orang luar, saya yakin mereka orang Indonesia, saya juga sangat yakin bahwa anak-anak di daerah ini merupakan anak asli keturuanan Lombok.
Belakangan ini saya sering mengelilingi daerah di bagian selatan, tapi saya masih fokus di satu Desa yaitu Sekaroh. Di Desa ini masih banyak generasi penerus yang membutuhkan pendidikan yang layak. Contohnya di Dusun Ujung Gol. Sebuah sekolah yang di bangun di atas bukit yang tandus dengan kondisi bangunan yang sangat memperihatinkan. Kalau saya lihat bangunan ini lebih layak dikatakan kandang kambing atau kandang sapi. Menurut penuturan bapak kepala dusun (Kadus) yang ikut andil dalam mendirikan lokasi tempat anak –anak kampung menimba ilmu menceritakan ke saya bahwa
“beberapakali sekolah ini diterjang angin atapnya terbang kemana-mana hingga akhirnya saya giring anak-anak untuk balik lagi ke ruamah saya. Dulu nya rumah saya dijadikan tempat bersekolah. Dan sekarang kembali lagi karena badai. Setelah beberapa bulan sekolah ini kembali di bangun atap nya”.
Sekolah MI Sidratul Munthaha memiliki tenaga pengajar yang berasal dari mahasiswa, rata-rata ketiga gurunya masih mengenyam pendidikan disalah satu perguruan tinggi yang ada di Lombok Timur. Mereka tidak memikirkan gaji yang penting ilmu mereka bisa tersalurkan.
Sekolah yang ada di Ujung Gol ini memiliki empat kelas, sebab muridnya baru kelas empat dengan jumlah anak didiknya keseluruhan sebanyak 35 orang. Ironi memang melihat kenyataan yang terjadi di lapangan. Sya tidak mau menyalahkan siap-siapa, saya hanya memberikan informasi bahwa masih ada orang-orang yang terpinggirkan dengan kenyataan yang terjadi, masih ada anak-anak yang butuh pendidikan yang layak, masih ada anak-anak yang mengantungkan asa nya.
Sudah beberapa kali saya datang bersama teman-teman relawan INDERA. Indera ini merupakan sebuah komunitas yang saya dan teman-teman bentuk guna meberi perhatian pada anak-anak termasuk mengenai pendidikannya
Beda lagi dengan lokasi yang ada di Ujung Gol. Lokasi ini lebih jauh lagi nama dusunnya Dusun Telone tapi masih di kawasan Desa Sekaroh. Di Dusun ini agak sedikit maju pendidikannya di banding kan Dusun Ujung Gol. SD SMP SATAP dengan bangunan yang tidak begitu bagus dibandingan sekolah-sekolah yang ada di daerah lain. Walaupun demikian mereka tetap sekolah dan tetap berusaha membasmi virus kebodohan yang ada di dalam diri anak-anak dusun Telone.
Yang saya mau ceritakan bukan sekolah Dasarnya atau SMP nya, tapi saya ingin bercerita mengenai taman kanak-kanak. Siapa yang tidak ingin anak-anaknya dari usia dini ingin mengenal dunia lewat pendidikan. Di Dusun Ini ada sebuah rumah warga yang sekaligus menjadi guru di TK ini. Ibu Marni sebuah panggilan yang disematkan agar anak-anak hafal nama gurunya. Serambi teras tidak lagi digunakan menjadi tempat duduk manis sambil menikmati indahnya pemandangan laut.
Oh iyaa rumah ibu Sumarni dibangun dekat dengan bibir pantai. Teras rumahnya tiap pagi hari dipenuhi anak-anak yang membutuhkan pendidikan dan ruang untuk bermain. TK dengan ala kadarnya ini tidak mematahkan semangat bagi anak-anak di sana. Beralaskan lantai sambil bersila tanpa seragam yang penting mereka bahagia.
Taman Kanak-kanak ini dibangun sejak tahun 2012. TK ini di bangun untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yang berasal dari ratusan keluarga. Semua anak-anak ini berasal dari orang tua yang mengantungkan hidupnya di lautan dan di ladang.
Saya mau mengajak kita semua jagan melihat kota saja tapi ayo kita ke pinggira, lihat mereka. TK dengan nama Diadaro Al-Husni memiliki peserta didik sebanyak 25 orang.
[KEDUA] Akses Jalan
Sudah bebrapa tahun saya mengitari wilayah ini belum ada tanda tanda perubahan. Jalan berdebu dikala musim kemarau dan licin penuh genangan jika musim hujan itulah yang pantas diceritakan untuk jalan yang menghubungkan beberapa dusun di Desa ini. saya ‘ng mau tau terlalu jauh sebenarnya apa yang melanda desa ini, sehingga kelihatan bagaikan dianak tirikan. Kemarin hari sabtu setelah NTB ulang tahun saya berkunjung bersama teman –teman relawan ada sesuatu yang mungkin ini merupakan kesalah pahaman saya atau saya yang kurang tau.
Tapi ini cukup mengusik kebencian saya, cukup memangkitkan rasa emosi saya, bagaimana tidak jalan yang sudah bagus dan baru diaspal belakangan ini dibongkar lagi dan diaspal lagi padahal tidak begitu berdampak dan tidak begitu terlihat dimana letak rusaknya ini jalan. Saya mulai bertanya kenapa yang bagus ini di bongkar sendangkan yang disebelahnya tidak diaspal dibiarkan seperti daerah perbatasan yang kelihatannya jalan yang rusak ini milik negara lain. Sebenarnya apa tujuan semua ini. Entah lah, yang jelas seperti ini kenyataannya.
Jalan yang licin berbatuan ini memakan korban, korbannya teman-teman relawan yang tergelincir jatuh hingga masuk kubangan. Saya mulai membayangkan kesaharian warga yang ada di sini. Yang jelas wilayah ini bukan negara luar dia indonesia bahkan saya berani bersumpah wilayah ini merupakan NTB.
Padahal jalan ini askses menuju pantai yang namanya sudah melambung tinggi, siapa yang tidak kenal pantai tangsi, siapa yang tidak kenal pantai pink siapa yang tidak kenal Tanjung BELOAM yang sudah di Komersilkan.
Indahnya tanjung beloam ini hanya milik orang yang kaya. Kenapa saya ngomong seperti ini, saya pernah mengalami hal ini ketika ingin masuk ke sana saya dicegat aparat yang mengatas namakan pengaman lokasi ini. Bahkan saya diminta mengeluarkan uang sebagai tiket masuk untuk sekedar melihat pemandangan sebesar 150.000 per kendaraan.
Ini dua permasalahan yang saya lihat dan hadapi secara nyata di lapangan. Mungkin masih banyak lagi permasalahan yang lain semisal kebutuhan air bersih, kemiskinan, dan lain sebagainya.
Selain di wilayah ini, ditempat-tempat lain masih banyak yang membutuhkan perhatian yang serius. Tapi sangat disayangkan, saya dan teman-teman hanya memilki dua kaki, insyaAllah kedepannya kami akan mengunjungi lokasi-lokasi yang ada di Lombok, semisalnya di wilayah perbukitan desa Suela Lombok Timur, Desa Sekotong Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lari Ke Lombok Utara. dan juga harapan kami ingin sekali ke daerah pulau Sumbawa semoga banyak dari teman-teman yang merelakan waktu dan tenaganya untuk terus berbagi pengetahuan. Pintu INDERA terbuka lebar untuk para relawan yang memiliki visi dan misi yang sama. Jika kalian ingin bergabung silahkan menghubungi fanpage INDERA, grup facebook Komunitas Indera atau menghubungi saya.
Saya mau mengatakan pada semua orang bahwa saya dan anak-anak di wilayah selatan Lombok Timur orang asli penduduk Nusa Tenggara Barat. Saya bangga menjadi orang NTB. Mungkin saya tidak bisa memberikan apa-apa buat NTB, maafkan saya. Selamat Ulang tahun NTB ku semoga kedepannya tidak ada lagi cerita seperti ini. [SR]