Sosial

Cerita OJEK REKENING Di Kabupaten Lombok Timur

Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan data dari Disnakertrans NTB, menyatakan bahwa jumlah TKI NTB kurang lebih sebanyak 43.000 jiwa. Dengan jumlah yang sangat fantastis memungkinkan perjalanan uang yang dihasilkan buruh migrant NTB mencapai Triliun lebih pertahunnya. Para TKI NTB tersebar dibeberapa Negara diantaranya ada yang di Malaysia, Taiwan, Hongkong, Brunei dan Singapura, dan Arab Saudi. Secara nasional NTB menempati urutan ketiga sebagai provinsi yang memasok tenaga kerja ke luar negeri.

Pengiriman jasa tenaga kerja itu dilakukan hampir seluruh kabupaten/kota di NTB, seperti Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Utara, Kota Mataram, Kota Bima, Kabupaten Bima, Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, dan Dompu. Tidak heran jika di NTB banyak ditemukan kawasan-kawasan yang penduduknya memilih bekerja di luar negeri, daripada mengais rezeki di desanya.

Berbicara di ruang lingkup Provinsi NTB, Lombok Timur termasuk salah satu Kabupaten yang selalu angka buruh migrant/TKI nya meningkat tiap tahunnya. Warga Perian Kabupaten Lombok Timur misalnya, mereka lebih memilih menjadi TKI ketimbang bekerja di daerah sendiri alasannya tidak adanya ruang untuk bekerja alias tidak ada lapangan pekerjaan yang menjanjikan. Oleh Karena itu, ratusan masyarakat Perian pergi ke luar negeri untuk mengadu nasib menjadi TKI demi meraih sebuah kesuksesan yang sesuai dengan keriteria masing-masing.

Tidak kurang dari ribuan orang tiap tahun diperkirakan mencari pekerjaan di Kabupaten Lombok Timur dan separuh dari jumlah tersebut lebih memilih bekerja di luar negeri. Para pencari kerja tidak hanya dari kaum lelaki saja, wanita juga turut ambil andil.

Selain alasan kurangnya lapangan pekerjaan para TKI atau TKW juga mengatakan,bahwa bekerja di luar negeri lebih menjanjikan dengan hasil pendapatan yang sangat besar. Tentunya dengan pendapatan yang lebih jauh menjajikan di banding di tanah air diharapakan dapat merubah nasibnya.

Terlepas dari cerita tentang TKI dan TKW, ada sebuah cerita yang lahir dari upaya membantu penyaluran hasil kerja dari buruh TKI. Pekerjaan beliau lebih dikenal dengan istilah OJEK REKENING. Tepatnya pada tahun 1999 setelah penggulingan masa Orde Baru yaitu zamannya pas Soeharto. Ketika itu prekonomian Indonesia betul-betul sedang mengalami ujian yang sangat berat.

Apa sih Ojek Rekening itu??? Saya yakin diantara kalian pasti ada yang bertanya-tanya.  Ojek Rekening merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pemilik rekening bank dengan upaya membantu para buruh migrant dalam menyalurkan hasil kerjanya ke keluarganya. Ojek Rekening ini mulai bermunculan di Tanah NTB sejak tahun 80-an. Waktu itu jarang orang memiliki rekening, bukan karena mereka tidak mau membuat, ini lebih pada lokasi pembuatan yang sangat jauh yaitu di Lombok Barat sebelum ada Kota Mataram. Mereka yang membuat Rekening hanya orang-orang yang memiliki usaha yang lumayan besar dan kebanyakan juga berstatus sebagai Pegawai  Negeri (PN).

*****

Kisah ini berawal dari rekening yang di buat guna memenuhi kebutuhan usaha yang di geluti. Sebut saja namanya bapak Junaidi,  pria kelahiran desa Prian mengaku sukses menjalankan OJEK REKENING. OJEK REKENING ini, tidak beliau katakan sebagai sebuah usaha kala itu. Tepat pada tahun 1999 ia memulai langkahnya menjadi OJEK REKENING. Awalnya hanya membantu keluarganya yang menjadi Buruh Migrant (BMI). Tapi seiring berjalan waktu dan semakin banyaknya jumlah penduduk dikampungnya yang mengantungkan nasibnya di luar negeri, beliau sering dipanggil dan diminta jasa rekeningnya sebagai tempat transaksi.

Lewat kegiatan OJEK REKENING beliau bisa membangun rumah, membeli sepeda motor hingga menguliahkan anaknya. Dan alhasil dua anaknya sudah mendapatkan gelar sarjana. Menurut penuturan beliau, sebenarnya saya tidak mengenakan tarif tiap kali ada transaksi yang berlangsung, akan tetapi para keluarga buruh migrant memberikan upah dengan dalil ucapan terima kasih.  Tidak tangung-tanggung  setiap transaksi rata-rata beliau diberikan imbalan jasa berkisar antara 200 hingga 500 ribu. Jumlah transaksi  melalui rekening nya tercatat hingga puluhan miliar dan sudah ada gambaran berapa yang beliau dapatkan.

Rasa penasaran saya akan hadirnya OJEK REKENING yang sempat jaya dari tahun 80-an hingga 2004 ini menanyakan tentang prihal, kenapa jasa beliau sangat di percaya dan apa saja yang membuat para buruh migrant dan keluarganya memilih mengunakan jasanya. Ternyata usut punya usut bapak yang menjabat sebagai kepala Dusun di desa Prian ini memberikan pelayanan dengan mengutamakan kalimat amanah dan jujur. Seiring perkembangan zaman para BMI rata-rata untuk saat ini memiliki rekening pribadi, tidak adalagi istilah OJEK REKENING.[SR]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *