Menjaga Bumi, Menjaga Amanah Refleksi atas Sampah dan Tanggung Jawab Kita
Di suatu sore yang tenang, saat matahari mulai merangkak turun, saya mengantar istri saya untuk mengajar ngaji. Udara sore itu terasa sejuk, namun pandangan saya tiba-tiba tertarik pada sebuah gerobak kayu kecil yang terparkir di pinggir jembatan. Gerobak itu tampak biasa saja, seperti gerobak tukang sampah keliling yang sering kita temui di sekitar permukiman. Namun, semakin dekat saya mendekati gerobak itu, semakin jelas terlihat bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Ternyata, pemilik gerobak tersebut sedang melakukan perbuatan yang tidak terpuji, membuang sampah ke aliran sungai.
Saya berhenti sejenak, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Gerobak itu dipenuhi puluhan kantong plastik berisi sampah rumah tangga. Dari isi gerobaknya, bisa ditebak bahwa si pemilik gerobak adalah seorang tukang sampah keliling yang dibayar oleh warga untuk membuang sampah mereka ke tempat yang semestinya. Namun, alih-alih membawa sampah itu ke tempat pembuangan akhir, ia justru membuangnya ke sungai. Sungai yang seharusnya menjadi sumber kehidupan, tempat air mengalir jernih, kini menjadi tempat pembuangan sampah.
Istri saya, yang melihat kejadian itu, spontan berkata, “Kenapa nggak difoto aja tadi?” Pertanyaan itu membuat saya tersadar. Ya, mungkin saya seharusnya mengabadikan momen itu. Bukan untuk mempermalukan si tukang sampah, tetapi untuk membuka mata masyarakat bahwa ada masalah serius yang perlu kita hadapi bersama. Masalah sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau petugas kebersihan, tetapi juga tanggung jawab kita sebagai warga masyarakat.
Kejadian seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Saya sering melihat sampah-sampah rumah tangga dibuang sembarangan, bukan hanya ke sungai, tetapi juga ke persawahan atau lahan kosong. Bahkan, tidak jarang saya melihat truk-truk sampah yang seharusnya mengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir, justru membuang sampahnya di tempat yang tidak semestinya. Ini adalah masalah sistemik yang membutuhkan solusi komprehensif.
Sebagai konsumen jasa tukang sampah, kita seringkali acuh terhadap apa yang terjadi setelah sampah kita diangkut. Kita merasa sudah membayar, jadi urusan sampah itu sudah selesai. Padahal, jika kita telusuri lebih jauh, sampah yang kita buang bisa saja berakhir di tempat yang tidak semestinya, seperti sungai atau lahan kosong. Ini sama saja dengan kita yang membuang sampah sembarangan, hanya saja ada “perpanjangan tangan” yang melakukannya untuk kita.
Namun, apakah kita bisa sepenuhnya menyalahkan tukang sampah? Mungkin tidak. Bisa jadi, mereka tidak memiliki akses ke tempat pembuangan akhir yang layak, atau mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang dampak dari perbuatan mereka. Ini adalah masalah struktural yang membutuhkan intervensi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan kita sebagai individu.
Menjadi Konsumen yang Cerdas dan Bertanggung Jawab
Sebagai orang yang peduli terhadap lingkungan, kita tidak bisa hanya berpangku tangan. Kita harus lebih jeli dan kritis dalam memilih siapa yang akan kita percayai untuk mengurus sampah kita. Sebelum menyepakati kerja sama dengan tukang sampah, tidak ada salahnya kita bertanya lebih detail: ke mana sampah kita akan dibuang? Apakah mereka memiliki izin resmi? Apakah mereka memiliki akses ke tempat pembuangan akhir yang layak?
Jika kita masih ragu, mengapa tidak kita sendiri yang membuang sampah ke tempat penampungan sementara yang disediakan oleh pemerintah? Ini mungkin terlihat merepotkan, tetapi ini adalah bentuk tanggung jawab kita terhadap lingkungan. Dengan melakukan ini, kita tidak hanya memastikan bahwa sampah kita dibuang dengan benar, tetapi juga mengajarkan kepada anak-anak dan generasi muda tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian alam.
Saya teringat pengalaman saya tinggal di rumah paman saya di sebuah daerah dekat taman kota. Paman saya memilih untuk tidak berlangganan jasa tukang sampah. Alasannya sederhana: ia ingin anak-anaknya belajar bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan. Setiap hari, mereka membawa sampah rumah tangga ke tempat penampungan sementara yang disediakan oleh pemerintah. Ini mungkin terlihat sepele, tetapi dampaknya sangat besar. Anak-anak itu tumbuh dengan kesadaran bahwa menjaga kebersihan adalah tanggung jawab bersama.
Dalam Islam, kita diajarkan untuk menjaga alam sebagai bentuk ibadah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum ayat 41:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa semua kerusakan yang terjadi di muka bumi ini adalah akibat dari perbuatan manusia. Kerusakan alam bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, tetapi merupakan hasil dari tindakan kita yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, sebagai makhluk yang diberi amanah untuk menjaga bumi, kita harus memilih: apakah kita akan terus merusak alam, atau kita akan berusaha menjaga dan melestarikannya?
Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat menyukai keindahan dan kebersihan. Sebagai makhluk-Nya, kita seharusnya menjaga keindahan itu, bukan merusaknya. Setiap kali kita membuang sampah sembarangan, kita tidak hanya merusak pemandangan, tetapi juga merusak ekosistem yang ada di sekitarnya. Sampah plastik yang dibuang ke sungai akan berakhir di laut, meracuni biota laut, dan pada akhirnya kembali ke kita melalui rantai makanan.
Mari kita renungkan: apakah kita ingin anak cucu kita hidup di dunia yang penuh dengan sampah dan polusi? Atau apakah kita ingin mewariskan dunia yang indah, bersih, dan layak huni? Jawabannya ada di tangan kita. Kita bisa memulai dari hal-hal kecil, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilah sampah, dan membuang sampah pada tempatnya.
Masalah sampah adalah masalah kita bersama. Tidak ada solusi instan untuk mengatasinya. Namun, kita bisa memulai dari hal-hal kecil, seperti lebih kritis dalam memilih tukang sampah, mengurangi produksi sampah, dan mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan kepada generasi muda. Setiap tindakan kecil yang kita lakukan akan berdampak besar bagi alam ini.
Mari kita jaga bumi ini dengan penuh tanggung jawab. Ingatlah bahwa alam adalah amanah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang harus kita jaga dengan sebaik-baiknya. Jika kita melakukan sesuatu yang baik untuk alam, maka alam akan membalasnya dengan kebaikan yang lebih besar. Mari kita menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah. Karena menjaga alam adalah menjaga kehidupan kita sendiri. [SR]