CeritaSerba-serbi

MEJIKUHIBINIU

Pernah lihat pelangi? Pernah hitung warnanya ada berapa? Kalau pengalaman saya waktu kecil, sesering melihat pelangi sesering itu juga saya menghitung jumlah warnanya. Namun tak pernah berhasil. Sampai 27an tahun berlalu, saya mencoba menghitungnya. Tahu kah jumlah aslinya berapa? Ternyata jumlah warna di pelangi itu tak dapat saya hitung hingga saya berumur setua ini. Hahaha. Kira-kira berapa ya jumlah warna yang ada di pelangi yang indah itu? Judulnya kan MEJIKUHIBINIU. Kepanjangan dari warna merah jingga kuning hijau biru nila ungu, apakah memang hanya ada tujuh warna? Sebentar let me think. Kalau penjelasan ilmiahnya, pelangi itu adalah cahaya matahari yang membias karena butir-butir air. Plus, seperti yang kita tahu cahaya matahari bersifat polikromatik (terdiri dari banyak warna), jadi sebenarnya ada banyak warna di pelangi. Tapi mata manusia hanya dapat menjangkau tujuh warna itu: merah jingga kuning hijau biru nila ungu (hasil googling nih,haha)..

Jangan salah fokus ya. Sebenarnya bukan berapa jumlah warna di pelangi yang jadi isi tulisan yang sedang dibaca kali ini. Coba lihat foto yang saya pajang di atas. Iya benar. Itu foto saya dan teman-teman saya. Ada teman kerja saya, ada teman komunitas sosial saya, ada juga teman senasip saya. Hehe. Bagi yang belum tahu yang mana saya, saya ada koq di situ. Tapi selalu ngempil. Bagi yang tak tahu ngempil itu apa, bahasa sasak ngempil adalah nyelet atau nyelit, dengan kata lain, keselit. Kenapa keselit? Karena saya hanya lah seorang perempuan dengan tinggi tak lebih dari 150 cm (kurang iya :D). Berbadan kurus, berkulit sawo hampir mateng, berwajah tak manis (bukan penjual gula) boro-boro cantik (tapi kata orang harus tetap eksis minimal untuk diri sendiri ). Tapi saya bersyukur karena setiap berkumpul dengan sepupu saya di rumah papuk (bahasa sasaknya nenek/kakek), saya menjadi yang tercantik di antara mereka yang ganteng-ganteng. Hehe.

Banyak yang ingin saya sampaikan tentang foto itu. Satu per satu. Tapi saya pikir terlalu panjang dan saya kuatir kalian bosan membaca tulisan saya yang barangkali tak menarik ini. Maklum saya bukan penulis walau punya hobi menulis sejak SMA. Saya juga bukan blogger walau saya menulis di blog yang saya buat tahun 2012 ini (karena tugas kuliah). Saya hanya ingin mengabadikan setiap kesan yang saya rasakan dalam momen-momen istimewa hidup saya. Tentang apapun. Setidaknya, kelak coretan saya di blog ini bisa dibaca oleh anak-anak saya. Itu saja. Tapi koq anak ya? hahaha.. Bukannya hari ini status saya masih single? Bukan jomblo ya. Harus tau perbedaan single dan jomblo. Single itu prinsip jomblo itu nasip. hihi

Ohya maaf jadi kesana kemari. Kita ke topik ya.. Al-ikhtilafurrahmah. Perbedaan adalah rahmat. Apakah jika hanya ada warna merah akan tetap disebut pelangi? Tidak kan? Ada banyak warna yang harus bergabung lalu membentuk sebuah garis yang terlihat setengah melingkar baru orang akan mengenal bahwa itu pelangi. Sama halnya di kehidupan manusia. Sebenarnya rahmat Tuhan itu ada di mana-mana sejauh kita bisa menghargai setiap perbedaan yang ada. Tuhan sudah menciptakan dunia dan seisinya dengan sempurna.

Kita tahu itu. Berarti dengan kata lain jika kita tidak menghargai perbedaan yang ada, berarti kita secara tidak langsung menolak Dalam bergaul, kita pasti menemukan teman/tetangga/keluarga/rekan kerja yang tentu memiliki sifat dan sikap yang berbeda. Ada teman yang bicaranya ceplas-ceplos, ada yang tertutup sekali, ada yang perasaaa sekali, ada yang loading lama, ada yang senang menasehati, ada yang tegas, dan lain lain. Jika kita adalah seorang yang cenderung ekspresif, mungkin akan sulit nyambung dengan teman yang tertutup. Atau jika kita adalah seorang yang ceplas-ceplos, akan sulit merasa senada dengan teman yang perasa. Saya pikir, di sini lah kita dituntut untuk bukan hanya “mengerti” sifat orang lain, namun juga “memahami” keadaan orang tersebut. Saya jadi ingat motto hidup saya dulu pertama kali mengenal kata “motto hidup”, hehe.. Life is understanding artinya hidup adalah pemahaman. Memahami diri sendiri, memahami orang lain, dan memahami keadaan. Memahami diri sendiri berarti mengenal apa yang membuat diri kita gembira, apa yang membuat diri kita sedih, tersinggung, marah, dst. Dengan begitu, tentu kita akan tau menempatkan diri di mana dan seperti apa. Memahami orang lain berarti tahu watak orang lain, tahu caranya bersikap seperti apa, tahu kapan dia akan marah, tersinggung, senang, dst. Terakhir memahami keadaan. Artinya kita tahu kapan ucapan kita akan terbuang sia-sia (diam), kapan ucapan kita menjadi berharga (bicara), kapan sikap tegas kita dibutuhkan, kapan “no comment” menjadi satu-satunya yang paling layak untuk diungkapkan, dan kapan “berbalik badan” menjadi bahasa tubuh paling tepat untuk ditampilkan. Begitu lah kira-kira Life is understanding versi saya, hehe..

Anyway, foto-foto di atas sengaja saya abadikan karena mereka semua adalah orang-orang yang memberi kesan spesial dalam hidup saya. Mengenalnya selama ini cukup untuk kami saling memahami sikap masing-masing. Mereka berusaha memahami alur emosi saya, saya pun berusaha untuk memahami alur emosi mereka. Kita boleh berbeda dan tak sejalan, namun hubungan persaudaraan tetap ada dan itu lah yang sejatinya mengikat kita. Saya bukan pribadi yang dewasa, bukan juga orang yang selalu bisa membawa keadaan menjadi baik. Kadang saya menemukan diri saya kecewa karena sikap orang lain. Kadang saya juga menemukan diri saya kesal dan ingin marah terhadap orang lain. Tak jarang saya meneteskan air mata karena kegagalan hati saya menerjemahkan dengan baik setiap momen yang saya jalani. Tapi saya selalu menikmati setiap alirannya. Saya pikir ini yang sering disebut orang sebagai “proses”. Proses menuju kematangan diri. Dan setiap orang pasti akan melalui proses ini, tanpa terkecuali.

Poinnya, saya selalu menganggap setiap denting jarum jam adalah waktu untuk belajar. Kenapa? Karena menurut saya, kita akan menemukan perbedaan dalam setiap detik demi detiknya, entah itu perbedaan yang terlihat oleh mata atau yang terdengar oleh telinga, dan ini yang menandakan adanya kehidupan. Kita juga akan mengalami perpindahan rasa yang menguji kematangan hati kita di setiap menitnya. Ini lah proses. Namun tak akan dikatakan sebagai “proses” jika tak ada kata “belajar” di dalamnya. Belajar memahami diri sendiri, belajar memahami orang lain, belajar memahami keadaan, yang akhirnya akan membawa kita untuk senantiasa menghargai setiap perbedaan. Karena perbedaan, adalah rahmat. Persis seperti warna MeJiKuHiBiNiU yang menjadikan Pelangi sebagai karya cantik dari Tuhan [SL]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *