Jangan Cepat Percaya Pada Tukang Sampah
Di suatu sore saat saya sedang mengantar istri saya untuk ngajar ngaji, tak sengaja mata ini tertuju pada sebuah gerobak kecil yang parkir di pinggir jembatan. Setelah semakin dekat, barulah saya sadar kenapa gerobak kayu itu parkir begitu saja. Ternyata si pemilik sedang melakukan perbuatan tak terpuji yaitu membuang sampah di aliran sungai. Saat sampai persis di dekat gerobak itu, saya melihat puluhan kantong plastik berisi sampah yang memenuhi gerobak si bapak. Melihat dari isi gerobaknya, kita tentu bisa menebak apa pekerjaan si bapak pemilik gerobak kayu, yaitu sebagai tukang sampah keliling yang dibayar oleh warga.
Istri saya yang melihat kejadiannya sontak berkata “kenapa nggak difoto aja tadi?”. Setelah jauh dari si bapak, saya sadar ternyata apa yang dikatakan oleh istri saya ada benarnya juga. Saya seharusnya memotret kejadian tersebut. Agar masyarakat tahu bahwa orang yang selama ini kita percaya untuk dititipi sampah rumah tangga agar dibuang di tempat yang semestinya, justeru merugikan masyarakat dan mengancam kenyamanan alam ini. Sebenarnya, kejadian semacam ini sudah sering saya temui. Bukan hanya sampah dari gerobak kayu, tapi juga dari kendaraan roda tiga. Bukan hanya dibuang ke sungai, tapi juga dibuang ke persawahan penduduk.
Kita sebagai konsumen mereka terkadang acuh dengan hal ini, kalau seperti ini sama hal nya kita yang membuang sampah sembarangan hanya saja ada perpanjangan tangan. Sebagai orang yang masih sayang akan alam ini, masih sayang akan bersihnya air laut dari limbah sampah plastik, mari kita jeli dengan kejadian ini.
Mungkin saja apa yang saya alami ini bisa jadi pelajaran untuk kita semua untuk berhati-hati dan jeli dalam mencari petugas sampah. Walaupun tidak semua tukang sampah seperti yang saya temui, tapi sedikit tidaknya kita harus ada upaya pencegahan sebelum apa yang kita tidak harapkan terjadi. Tanyakan sebelum menyepakati, tidak apalah kita sedikit cerewet prihal ini. Tanya kemana sampah ini dibuang. Kalau masih ragu, kenapa harus bayar orang lain, kenapa tidak kita saja yang buang sampah ke tempat-tempat yang sudah disediakan.
Dulu sejak tinggal di rumah paman yang berada di sebuah daerah, dekat dengan taman kota. Paman saya tidak mau berlangganan sama tukang sampah, selain alasannya seperti yang saya ceritakan di atas, beliau juga ingin anak-anaknya menyadari sampah yang dihasilkan harus di pertanggung jawabkan dengan cara yang tepat yaitu buang ke tempat penampungan sementara yang disediakan oleh pemerintah. Mungkin spele menurut kita, tapi sangat berdampak bagi alam ini.
Jika sesuatu yang baik kita perbuat untuk alam ini dengan sendirinya alam akan memberikan timbal balik atas apa yang kita lakukan. Bukankah Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat menyukai keindahan atau kebersihan?. Terus kita sebagai makhluknya justru membuat keindahan itu rusak begitu saja.
Mari kita tela’ah apa yang diajarkan oleh agama kita (Islam) dalam sebuah kitab sucinya yaitu Al-Qur’an. Mungkin diantara kita ada yang telah hafal dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang artinya “Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan (Maksiat) manusia, supaya merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agara mereka kembali (kejalan yang benar)”QS. Arrum: 41). Nah, sudah jelaskan siapa yang melakukan kerusakan di alam ini?.
Maksud dari firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala tersebut yaitu semua jenis kerusakan yang ada di muka bumi ini penyebabnya adalah karena perbuatan buruk dan maksiat yang kita lakukan. Sekarang ini, tergantung dari kita sebagai penduduk bumi ini, apakah kita mau merusak alam ini dengan ulah kita, atau malah sebaliknya menjaga dan melestarikan alam ini dengan tindakan kita. jawabannya ada di hati masing-masing. [SR]