Efisiensi Anggaran Dari Makan Bergizi Gratis hingga Kantor Gelap Gulita
Kalau ada satu hal yang bisa kita pelajari dari kebijakan efisiensi anggaran ala Presiden Prabowo Subianto, itu adalah bahwa hidup ini penuh dengan ironi. Di satu sisi, kita punya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang katanya akan menyelamatkan generasi muda Indonesia dari stunting dan kurang gizi. Di sisi lain, kita punya pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang harus bekerja di ruangan gelap gulita, tanpa AC, dan antre lift seperti sedang ikut lomba survivor.
Mamat (nama samaran), seorang ASN di salah satu Instansi pemerintahan, adalah salah satu korban dari kebijakan ini. Bayangkan, Senin pagi yang seharusnya dia mulai bekerja dengan segelas kopi hangat di meja kerjanya, malah harus berakhir di ruang rapat yang diubah dadakan menjadi ruang kerja bersama. AC sentral dimatikan, lampu dimatikan, dan lift hanya satu yang beroperasi. Satu-satunya sumber cahaya adalah sinar matahari yang masuk dari jendela. Kalau cuaca mendung? Selamat bekerja dalam kegelapan, teman-teman!
Pimpinan instansi Mamat bilang, ini adalah bentuk bela negara. Ya, betul. Bela negara dengan cara duduk di ruangan panas, berkeringat, dan mengetik laporan sambil berharap laptopnya tidak mati karena kehabisan baterai. Nasionalisme level 1000 memang.
Tapi, jangan salah. Efisiensi ini bukan tanpa alasan. Semua ini dilakukan demi memuluskan program prioritas Presiden Prabowo, terutama MBG. Program ini diharapkan bisa menyediakan makanan bergizi untuk anak-anak sekolah, mengurangi angka stunting, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Tapi, apakah cara yang dilakukan sudah tepat?
Mari kita lihat kronologinya. Semuanya dimulai dari sidang kabinet paripurna pertama Prabowo pada 23 Oktober 2024. Saat itu, Prabowo menekankan pentingnya efisiensi anggaran. Dia meminta menteri-menterinya untuk mengurangi kegiatan seremonial dan perjalanan dinas ke luar negeri yang tidak esensial.
Tapi, di sisi lain, kabinetnya justru menjadi kabinet tergemuk sejak era Orde Baru. Ada 48 menteri dan 56 wakil menteri. Jadi, di satu sisi kita diminta efisien, tapi di sisi lain kita punya kabinet yang besar dan berpotensi menghabiskan anggaran lebih banyak. Ini seperti meminta orang diet sambil menyediakan buffet prasmanan di depannya.
Pada 4 Desember 2024, Prabowo mengumumkan bahwa dengan memangkas 50% dana perjalanan dinas para pejabat ke luar negeri, pemerintah bisa menghemat Rp15 triliun. “Rp15 triliun itu [sama dengan] berapa bendungan? Berapa irigasi? Berapa SD bisa kita perbaiki? Berapa anak sekolah bisa kita kasih makan?” kata Prabowo.
Tapi, pertanyaannya adalah apakah para pejabat itu benar-benar akan mengurangi perjalanan dinas mereka? Atau jangan-jangan, mereka akan mencari celah untuk tetap bisa jalan-jalan ke luar negeri dengan alasan yang lebih “kreatif”?
Selain itu, pemangkasan anggaran ini juga berdampak pada program-program kerja di berbagai instansi. Sebagai contoh skema pemotongan anggaran, program kerjanya yang awalnya mendapat alokasi dana Rp150 juta, dipangkas hingga tersisa sekitar Rp20 juta. Di instansi lain, ada unit kerja yang anggarannya dipotong dari Rp80 miliar jadi Rp4 miliar. Ini bukan efisiensi, ini lebih mirip pemotongan drastis yang bisa membuat program-program kerja menjadi tidak efektif.
Makan Bergizi Gratis vs Kantor Gelap Gulita
Jadi, apa yang sebenarnya terjadi di balik kebijakan efisiensi anggaran ini? Apakah ini benar-benar untuk kebaikan bersama, atau hanya sekadar upaya untuk mengalihkan perhatian dari masalah-masalah lain?
Program MBG memang mulia. Tapi, apakah dengan memaksa ASN bekerja dalam kondisi yang tidak manusiawi, kita bisa mencapai tujuan itu? Apakah dengan memangkas anggaran program kerja di berbagai instansi, kita bisa memastikan bahwa program MBG akan berjalan efektif?
Saya yakin ASN yang harus bekerja di ruangan gelap dan panas, mungkin hanya bisa tertawa getir. “Ini semua bercanda, kan?” tanyanya dalam hati. Tapi, sayangnya, ini bukan lelucon. Ini adalah realita yang harus dihadapi oleh banyak ASN dan instansi pemerintah demi “efisiensi” yang katanya akan menyelamatkan masa depan bangsa.
Jadi, siap-siap saja, teman-teman. Jika suatu hari nanti Anda melihat gedung-gedung pemerintahan gelap gulita di siang hari, jangan kaget. Itu bukan karena listrik padam, tapi karena kita sedang “bela negara” dengan cara yang paling ironis
Dan jika Anda bertanya-tanya apakah semua ini worth it, mungkin jawabannya ada di piring makan bergizi gratis yang akan diberikan kepada anak-anak sekolah. Tapi, sementara itu, mari kita berdoa agar para ASN tidak kepanasan atau kehabisan baterai laptop saat mengerjakan laporan mereka.
Selamat bekerja, para ASN! Nasionalisme kalian sungguh luar biasa. [SR]