Bom Waktu di Pinggir Jalan
Setiap pagi, ketika saya memacu sepeda motor menuju tempat kerja, ada satu hal yang selalu mengusik ketenangan hati saya, rasa was-was yang tak pernah benar-benar hilang. Cuaca ekstrem yang melanda wilayah Lombok belakangan ini membuat perjalanan menjadi lebih menegangkan. Hujan yang turun tiada henti, diiringi angin kencang yang seolah ingin merobohkan segala sesuatu yang berdiri tegak. Di tengah kondisi seperti ini, pohon-pohon rindang di pinggir jalan yang dulu terasa menyejukkan, kini justru menjadi sumber ketakutan.
Pohon-pohon tua yang berjejer rapi di sepanjang jalan itu seperti bom waktu. Mereka bisa roboh kapan saja, menimpa siapa pun yang kebetulan melintas. Setiap tahun, korban berjatuhan. Ada yang terluka, ada pula yang kehilangan nyawa. Ironisnya, tindakan pencegahan seringkali baru dilakukan setelah ada korban. Pemerintah seharusnya lebih proaktif dalam mendata dan merawat pohon-pohon tua yang rawan tumbang. Namun, kenyataannya, pohon-pohon itu dibiarkan begitu saja, seolah menunggu saat yang tepat untuk menebar malapetaka.
Masyarakat sekitar pun seolah tak berdaya. Mereka tidak berani menebang atau memangkas pohon-pohon itu, khawatir melanggar aturan. Selain itu, keterbatasan alat dan pengetahuan juga menjadi kendala. Padahal, jika dibiarkan, pohon-pohon itu akan terus mengancam keselamatan warga. Jenis pohon seperti Sengon dan Trembesi, yang sering ditanam untuk penghijauan, ternyata memiliki karakteristik yang berbahaya. Akarnya mudah lapuk, dan rantingnya rentan patah. Di musim hujan seperti sekarang, risiko pohon tumbang atau ranting jatuh semakin tinggi.
Hari ini, banyak sekali berita di kolom medias sosial yang dishare oleh warganet. Dan saya juga pernah menyaksikan sendiri betapa mengerikannya ancaman itu. Saat melintasi di jalan raya, seorang pengendara motor menjadi korban ranting pohon yang tiba-tiba jatuh. Meskipun tidak sampai menimbulkan korban jiwa, kejadian itu cukup membuat saya trauma. Bayangkan, di tengah perjalanan, tiba-tiba ada ranting besar jatuh menimpa Anda. Itu bukan lagi sekadar ketidaknyamanan, melainkan ancaman nyata yang bisa merenggut nyawa.
Penghijauan memang penting, tetapi harus dilakukan dengan bijak. Menanam pohon tanpa mempertimbangkan jenis dan kondisi lingkungan justru bisa menjadi bumerang. Pohon yang ditanam di pinggir jalan harus memiliki akar yang kuat dan ranting yang tidak mudah patah. Selain itu, perlu juga diperhatikan kondisi jalan dan infrastruktur di sekitarnya. Kabel listrik dan telepon yang melintang di atas jalan harus dipertimbangkan agar tidak tertimpa pohon yang tumbuh tinggi. Jangan sampai niat baik menghijaukan jalan justru menimbulkan bencana.
Masyarakat pun berharap, upaya penghijauan ke depannya bisa lebih terencana dan memperhatikan aspek keselamatan. Menghijaukan bumi bukan sekadar menanam pohon, tetapi juga memastikan bahwa pohon-pohon itu tidak menjadi ancaman bagi manusia. Lingkungan yang hijau seharusnya membawa ketenangan, bukan ketakutan. Bumi yang hijau, hati pun damai. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk generasi mendatang. [SR]