Pendidikan

Pendidikan Berkualitas Hanya Untuk Anak Kota

Bersyukurlah kalian wahai anak KOTA. Karena kalian tidak terlahir sebagai anak DESA. Iya, kami lah anak desa yang disamaratakan tanpa melihat apa yang kami hadapi dan rasakan. Kami tidak tahu apa itu alat-alat canggih seperti yang kalian gunakan. Kami hanya bisa menulis asa pada selembar kertas di buku tulis halaman belakang.

Kami tidak keberatan jika kalian sudah jauh mengenal apa yang belum kami kenal. Kami hanya sibuk untuk mengikuti apa yang samarata yang tidak merata seperti yang kalian dapatkan.


Ketika surya mulai menyapa di pagi hari, kami galau memikirkan apakah hari ini harus mandi atau tidak. Kami menyayangkan satu gayung air untuk mandi lebih baik digunakan untuk memasak.


Berangkat sekolah, rasa panas mulai menusuk di setiap kulit. Karena kami berjalan dengan kaki yang hanya terlapisi sandal jepit. Kami tidak mengeluh, kami tidak berpeluh. Justeru itu kami jadikan hiburan demi Ibu dan Bapak kami yang berharap penuh.


Kami tidak ambil pusing tentang seberapa nyaman ruangan belajar. Pun tidak mengeluh kala panas datang, meski mungkin di sana kalian tinggal pilih dan atur dingin atau hangat suhu ruangan.
Tahu kah kalian wahai anak kota? Ketika kalian kebingungan akan hang out kemana sepulang sekolah, kami anak desa justeru bertanya-tanya, masih kah tersisa nasi di atas meja? Karena tahu kah kalian wahai anak kota? Bekal sekolah kami bukan lembaran-lembaran kertas bernominal. Bekal kami hanya pesan.


Kami tidak iri dengan kasih sayang Ibu dan Bapak kalian yang selalu tau jam berapa kalian pulang dan selalu menunggu di depan gerbang sekolah. Karena kami tau, Ibu dan Bapak kami pun sama sayangnya. Hanya saja, Ibu dan Bapak kami keluyuran banting tulang entah kemana, sejak pagi hingga petang tiba. Demi kami, si anak yang diharapkan untuk berguna bagi agama dan bangsa.


Di rumah, kami ceritakan fotokopi materi yang harus dibayar di sekolah. Hanya kata sabar sebagai jawaban. Apalagi setelah tau kebingungan kami pada tombol-tombol komputer yang kami dipaksa untuk hafal. Huruf A yang baru saja kami tekan, seketika hilang, seketika ada. Ujian yang katanya berbasis komputer bagai hantu yang menakutkan.


Ini bukan lah keluhan. Ini hanya sepenggal tulisan untuk mengingatkan. Bahwa kalian anak kota adalah anak yang bagi kami sempurna. Gedung sekolah dan fasilitas yang luar biasa. Apa iya, negeri ini menganggap hanya kalian lah yang menjadi tumpuan generasi bangsa. SL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *