Serba-serbi

Kapan Nikah ??? Pertanyaan Yang Memotivasi

Ternyata pengaruh pertanyaan ini berbanding lurus dengan usia. Semakin bertambah angka yang menunjukkan jumlah usia mu, semakin bertambah pula influential power dari pertanyaan ini. Saya bilang berbanding lurus dengan usia karena -jujur- dulu ketika saya masih duduk di bangku kuliah, pertanyaan “Kapan Nikah?” tak meninggalkan kesan apapun bagi saya. Tak berpengaruh sama sekali. Dan dengan jelas saya selalu jawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan tahun dan bulan yang saya targetkan menjadi jadwal pernikahan saya (sok tau banget ya).

Tak perlu dijelaskan, saya bisa menebak bahwa kalian juga pernah mengalami hal yang sama, kan? Khususnya yang merasa diri sudah “berumur”, hehe. Yah… Bisa jadi karena dulu, saat-saat di mana nikmat muda sangat kita nikmati, bebas kesana kemari (bebas bukan berarti sesuka hati atau semelekete ya), bebas berkegiatan ini itu, dan memiliki beberapa target lain yang menjadi prioritas saat itu, menyebabkan pertanyaan “kapan nikah?” menjadi tak berkesan dan tak ada pengaruh yang berarti.

Seiring waktu, satu per satu target terpenuhi dan akhirnya kita sadar bahwa kita telah sampai pada angka ke sekian di usia kita, haha.. Kali ini ada yang berbeda dengan pemandangan yang biasa kita lihat. Di sosmed misalnya. Yang tadinya lebih banyak berisi info atau sekedar curhat, sekarang berubah menjadi lapak online undangan akad dan walimah. Sesadarnya, kita akan merasa semakin tua jika pemilik undangan itu adalah teman kita sendiri, orang-orang terdekat kita. Dan pertanyaan “kapan nikah?” mulai menjelma menjadi hantu di siang bolong. Bukan takut pada yang bertanya atau siapa, tapi lebih ke rasa ketidakpercayaan diri yang seringkali menciutkan nyali..

Sebagai manusia biasa, pertanyaan “kapan nikah?” yang terus terlontar ke kita yang dalam keadaan “berumur” apalagi dalam keadaan belum ada “calon” (hihi), tentu pernah membuat hati gelisah (padahal kita tahu bahwa gelisah itu dari syaithan). Itu lah mengapa pertanyaan ini seringkali berusaha dihindari. Tapi karena kita hidup di tengah keluarga dan tetangga yang kadang keponya TUTUQ INAQ (bahasa Indonesia : kebangetan) karena hampir setiap kali bertemu menanyakan “kapan nikah?”, mau tak mau harus mendengar dan menjawab pertanyaan yang satu itu. Tapi tahu kah? Ada kabar yang semoga menggembirakan untuk kalian yang selama ini feeling mhh dengan pertanyaan “kapan nikah?”

Teman-teman, saya ingin bilang ke kalian untuk jangan pernah merasa minder dengan pertanyaan “kapan nikah?”. Karena apa? Sebenarnya ada rahasia di balik pertanyaan itu:

1) Doa

Ternyata pertanyaan “kapan nikah?” menyimpan kekuatan doa yang sangat baik. Ternyata rata-rata orang yang bertanya “kapan nikah?” adalah orang yang menginginkan si single untuk segera menikah. Dan saat merespon baik pertanyaan itu dengan menjawab misalnya “insya Allah secepatnya”, itu berarti jawabannya mengandung harapan baik dan doa. Percayalah bahwa setiap ucapan adalah doa yang Allah pasti dengarkan insyaa Allah

2) Motivasi

Sadar atau tidak, pertanyaan “kapan nikah” bisa menjadi motivasi yang begitu dahsyat (lebay). Barangkali, si single belum menikah sampai sekarang karena masih sibuk dengan karir atau pendidikan, maka pertanyaan “kapan nikah?” datang sebagai alarm yang mengingatkannya bahwa saat ini adalah waktunya. Setidaknya, pertanyaan itu akan terngiang di telinga si single nanti di atas jam 10 malam meski sepintas (apaan sih?) dan ini akan membuatnya menyisihkan waktu untuk fokus mencari pasangan jiwa yang selama ini bisa jadi tidak begitu diperhatikannya.

Itu lah salah dua dari kekuatan di balik pertanyaan “kapan nikah?”. Semoga setelah ini yang single tidak galau lagi atau baper dengan pertanyaan itu. Haha

Ohya, hampir lupa. Kadang juga telinga kita gerah ya mendengar ibu-ibu tetangga atau keluarga yang ngejudge kita dengan bilang terlalu pemilih, atau terlalu banyak pertimbangan, atau terlalu-terlalu yang lain yang sering kita dengar. Tapi mulai sekarang, jangan pernah lagi merasa gerah ya, tetaplah santai dan tersenyum. Jika apa yang mereka katakan tak sesuai dengan keadaan kita sebenarnya, jika itu keluarga kita, ajaklah mereka untuk duduk bersama sambil nyemil jagung rebus, lalu jelaskan dengan sopan dan sabar, haha…

Terlalu memilih memang tak baik. Tapi bukan berarti memilih itu dilarang kan? Terlalu banyak pertimbangan juga tak baik. Tapi bukan berarti mempertimbangkan segala sesuatu itu tak boleh kan? Apalagi ini menyangkut pasangan hidup, di mana seorang perempuan akan menemukan syurga dan di mana seorang lelaki menemukan madrasah utama bagi penerusnya nanti. Bukan hal yang sepele kan? [SR]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *